NASKAH DRAMA
“ KETEGUHAN HATI SITI MASYITHOH”
Ditulis Oleh
:
INAYATUL JANNAH, S.Pd.
IDE CERITA DAN SINOPSIS
Ide cerita :
Kisah ini diambil dari zaman Kerajaan Raja Fir’aun tentang keteguhan hati seorang hamba Allah yaitu Siti Masithoh yang tetap teguh memegang agamanya (Islam) meski banyak rintangan dan cobaan dalam mempertahankan agamanya. Ia dan keluarganya rela mempertahankan agamanya meski nyawa menjadi taruhannya di masa kerajaan Raja Fir’aun yang terkenal kejam.
Sinopsis :
Alkisah ada seorang raja yang kejam yaitu Raja Fir’aun yang berkuasa dan menganggap bahwa dirinya adalah Seorang Tuhan. Raja Fir’aun menyuruh semua orang agar menyembah dirinya. Jika ada yang tidak patuh, maka Raja Fir’aun tidak akan segan menyuruh algojo kerajaan untuk menghukum mati orang tersebut tanpa terkecuali. Raja Fir’aun terkenal sebagai Raja yang sangat kejam. Namun di samping itu masih ada seorang hamba Allah yang bernama Siti Masithoh seorang tukang sisir Putri Raja Fir’aun. Siti Masyithoh memiliki keteguhan iman untuk terus berdiri di jalan Allah. Siti Masyithoh yang pada masa itu setia mengikuti ajaran nabi Musa As. telah rela mengorbankan nyawanya dan keluarganya hanya demi mempertahankan imannya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT.
PEMERAN DAN KARAKTER SITI MASYITHOH
Pemeran dan karakter :
M.Ainur Rifai ( sebagai Raja Fir’aun
Karakter : Kejam, keras, sombong, merasa berkuasa
Faqih Zabaruddin ( sebagai Haman (Menteri Kerajaaan)
Karakter : Patuh kepada Sang Raja
Ahmad Ali Ichwan( sebagai (Pengawal 1)
Karakter : Garang, patuh
M.Mufid ( sebagai (Pengawal 2)
Karakter : Garang, patuh
Zainal Arifin( sebagai (Algojo Kerajaan)
Karakter : patuh, kejam, garang
Inasiroh( sebagai Siti Masyithoh
Karakter : ramah, baik hati, pemberani
Lilik Sinta L. ( sebagai Putri Raja Fir’aun
Karakter : kasar, sombong, suka menyuruh, suka mengadu
Firdausi Vocania ( sebagai (Dayang 1)
Karakter : patuh, bertugas membawa kipas Puteri
Anita Nur Aini( sebagai (Dayang 2)
Karakter : patuh, bertugas membawa minuman
Winda Safitri( sebagai (Dayang 3)
Karakter : patuh, bertugas membawa makanan Puteri
M.Imam Hanafy ( sebagai (Suami Siti Masyithoh)
Karakter : pandai, sholeh, patuh terhadap orangtua
Idhalia Muflikhah ( sebagai (Anak Siti Masithoh 1)
Karakter : sholehah, pandai, patuh terhadap orangtua
Indah Rizqiana(sebagai (Anak Siti Masithoh 2)
Karakter : sholehah, pandai, pemberani, patuh terhadap orangtua
PROLOG
Narator :
Alkisah di Kerajaan Fir’aun… Matahari telah sepenggalah tingginya. Roda kehidupan mulai menggeliat bangun. Para budak belian kembali bekerja, sementara tuan-tuan mereka mengayunkan cemetinya jika pekerjaan mereka lambat, atau tidak berkenan dihatinya. Jerit kesakitan terdengar menyayat dikejauhan sana. Raja Fir’aun didalam kerajaan tengah duduk di singgasana bersama Menteri kerajaan beserta para pengawal kepercayaan Raja Fir’aun. Sementara itu, putri Fir’aun bersama dayang-dayang sedang asyik menghibur diri. Mereka menyanyi dan menari bersama. Tak ada rasa sedih dihati mereka. Masa perbudakan mencapai puncaknya.
BAGIAN 1
DI KERAJAAN
(Raja Fir’aun di singgasana sedang memerintahkan para pengawal agar mengawasi rakyatnya untuk selalu menyembah Raja Fir’aun)
Raja Fir’aun : “Wahai rakyatku, inilah aku Fir’aun. Raja yang wajib untuk kalian sembah. Akulah sang penguasa dunia ini, hahaha… Aku punya kerajaan dan wilayah kekuasaan yang besar. Jangan sampai kalian menyembah selain aku. Bagi siapa yang berani melawanku, aku tidak akan segan menyuruh algojo kerajaanku untuk menghukum mereka yang berani menentangku. Wahai Menteri, bagaimana keadaan para pekerja? Apakah meraka melakukannya dengan benar?”
Menteri : “Wahai Yang Mulia Raja Fir’aun…hamba sudah menyuruh para pengawal budak untuk mengawasi mereka. Mereka juga tidak akan segan memecuti para budak jika mereka tidak melakukan pekerjaan dengan benar.”
Raja Fir’aun : “Bagus…lanjutkan!!” Hei Pengawal… bagaimana pekerjaan kalian? Apa ada yang ingin kalian laporkan?”
Pengawal 1 & 2 : “Sembah tuanku Raja Fir’aun (sambil berlutut memberi hormat)
Pengawal 1 : “Keadaan dikerajaan aman terkendali Wahai Tuanku”
Pengawal 2 : “Tugas sudah di laksanakan, Tuanku”
Raja Fir’aun : “Baiklah, terus awasi kerajaan. Segera laporkan apabila ada yang berani membangkang terhadap perintahku…hahahah……….”
BAGIAN 2
DI TAMAN KERAJAAN
(Putri Raja Fir’aun dan para dayang sedang asyik bermain, menari dan menyanyi)
Puteri : “Cukup,cukup, aku lelah…”
Dayang 1 : “Iya Tuan Puteri, kita istirahat dulu”
Puteri : “ Pelayan, kipas mana kipas, gerah ini…” (sambil berteriak)
Dayang 1 : “iya puteri” (segera menggerakkan kipas yang ada ditangannya)
Puteri : “Mana minumnya?” (dengan intonasi yang kasar)
Dayang 2 : “Ini, Tuan Puteri” (sambil memberikan segelas minuman)
Puteri : “Hmm,,segaarrrr…Mana makanannya? Lama sekaliii…(dengan intonasi yang kasar)
Dayang 3 : “Silahkan, Tuan Puteri” (sambil memberikan makanan)
Puteri : “Hei Dayang, aku ingatkan sekali lagi. Kalian harus selalu patuh padaku dan juga ayahku Raja Fir’aun”
Dayang 1,2 & 3 : “sendiko dhawuh Puteri” (sambil memberi hormat pada sang Puteri)
Puteri : “Sekarang segera siapkan pakaian untukku, aku ingin segera mandi dan berganti pakaian” (sambil berjalan menuju ruangan dan di ikuti para dayang-dayang masih sambil menunduk memberi hormat)
Dayang 1,2 & 3 : “Baik, Puteri.”
BAGIAN 3
DI KAMAR PUTERI RAJA FIR’AUN
(Para dayang sudah bersiap-siap menunggu tuan Puteri selesai mandi, dan Siti Masyithoh yang bertugas menjadi tukang sisir tuan Puteri datang sambil membawa nampan berisi seperangkat alat rias)
Puteri : “Apa pakaianku sudah siap?” (sambil berjalan dengan lagak manja)
Dayang 1 : (segera mendekat kearah sang Puteri sambil membawa kipas)
Dayang 2 : “Iya, sudah siap Puteri” (membawa nampan yang berisi pakaian)
Dayang 3 : “Silahkan duduk tuan Puteri”
Puteri : “Bibi, tolong rias wajahku dan juga sisir rambutku” (menyuruh siti Masyithoh)
Siti Masyithoh : “Baiklah tuan Puteri” (sambil menunduk)
Puteri : “Bi, apakah menurutmu aku cantik?”
Siti Masyithoh : “Iya, puteri. Tuan Puteri sangat cantik jelita, paling cantik sekerajaan”
Dayang 2 : “Benar Puteri. Puteri sangatlah W-O-W”
Dayang1 & 3 : “Wow”
Puteri : “Apakah bibi tidak bohong?
Siti Masyithoh : “Iya tuan Puteri, bibi tidak bohong, Puteri adalah yang paling cantik jelita”
Puteri : (sambil manggut-manggut) “Hmmm…terimakasih bi, sekarang sisir rambutku yang rapi”
Siti Masyithoh : “baik Puteri” (sambil mulai menyisir rambut Puteri)
Puteri : “Cepatlah, sebentar lagi aku akan menghadiri acara kerajaan, aku harus terlihat cantik dan perfecto, la..la..la..” (sambil mendendangkan sebuah lagu dan sambil berkaca manja)
Siti Masyithoh : “Iya Puteri, saya tidak akan mengecewakan tuan Puteri”
Puteri : “Cepatlah, tak usah banyak bicara, aku masih harus perawatan kuku alias manycure padycure dan berhias juga tentunya” (sambil membelai-belai rambutnya yang panjang)
Narator :
Raja Fir’aun yang menganggap dirinya sebagai Tuhan, setelah kedatangan Nabi Musa As. merasa sangatlah gelisah akan dakwah Nabi Musa As. karena Nabi Musa telah menunjukkan Mukjizat yang sangat menakjubkan. Mulai dari tongkat yang berubah menjadi ular dan tangan yang mengeluarkan sinar didepan kedua mata Fir’aun, dan Fir’aun takut kalau semua orang mengikuti Nabi Musa As. Untuk itu Fir’aun selalu berlaku kejam kepada pengikut Nabi Musa As. untuk menaku-nakuti mereka dan yang lain agar tidak menyembah Allah. Meskipun tak banyak yang langsung masuk islam setelah mendengar dakwah Nabi Musa As. namun banyak orang yang diam-diam mengikuti petunjuk Nabi Musa As. salah satunya adalah Siti Masyithoh yang menjadi tukang sisir Puteri Kerajaan.
BAGIAN 4
DI KAMAR PUTERI RAJA FIR’AUN
(Setiap hari pekerjaan Siti Masyithoh adalah sebagai tukang sisir Puteri Raja Fir’aun, dan ketika dikamar Puteri dengan di temani para dayang yang sudah siap siaga di dekat sang Puteri, dayang 1 membawa kipas, dayang 2 membawa minum, dayang 3 membawa makanan)
Puteri : (sambil duduk dan sambil berkaca) “Masyithoh…kemari!”
Dayang 1: “Hei, Masyithoh. Kamu dipanggil sama Puteri tuh. Cepat”
Siti Masyithoh : “O…Iya Puteri”
Dayang 2 : “Huh…Dasar lelet”
Dayang 3 : “Centang…Centang…Centang…”
Puteri : “Ayo sisir rambut indahku ini, aku akan segera menghadiri pesta kerajaan dua jam lagi” (sambil ngaca dan membelai rambutnya)
Siti Masyithoh : (Setelah beberapa menit, tiba-tiba sisirnya terjatuh) “Astaghfirullahal ‘adziim!!!, maaf tuan Puteri”
Puteri : (berhenti sejenak dan terkejut) “Tunggu sebentar, apa yang baru saja bibi katakan?”
Siti Masyithoh : “Ehh…Maaf Puteri, bukan apa-apa” (melanjutkan menyisir rambut Puteri)
Puteri : “Baiklah, selesaikanlah pekerjaanmu lalu pergilah”
Siti Masyithoh : “Baik Puteri”
BAGIAN 5
DI RUANG PERTEMUAN KERAJAAN
(Sang Puteri yang masih merasa aneh dengan kata asing yang dikatakan Siti Masyithoh, akhirnya bertemu dengan Haman seorang perdana Menteri kerajaan)
Puteri : “Paman Haman, kemarilah! ada yang ingin aku tanyakan”
Menteri : “Ada apa tuan Puteri?” (sambil menunduk di depan Puteri)
Puteri : “Pernahkah paman mendengar kata ASTAG…ASTAGHFI…atau apa itu tadi?”
Menteri : “Iya, apa?”
Puteri : “Eh, kata apa tadi?”
Dayang 3 : “Astaghfirullah Puteri”
Puteri : “Ah ya…benar itu, ASTAG…ASTAGHFIR…apa tadi?” (Sambil mengernyitkan dahi)
Menteri : “Astaghfirullah, Puteri” (Menjelaskan)
Dayang 1 & 2 : “Astaghfirullah……” (Serempak menirukan)
Puteri : “Ah ya itulah pokoknya, itu kalimat apa? Paman pernah mendengarnya?”
Menteri : “Puteri mendengar kata itu dari siapa?”
Puteri : “Dari penyisir rambutku, Siti Masyithoh. Memang kenapa paman?”
Menteri : “Kata Astaghfirullah itu adalah ajaran Nabi Musa si penyihir itu.
Puteri : “Astaga! Really? Are You Sure? Oh Em Jii Helloooo itu artinya Siti Masyithoh telah mengkhianati kita Paman”
Menteri : “Sepertinya begitu Puteri. Lalu siapa lagi yang ada disana ketika Masyithoh mengucapkan kalimat itu?”
Dayang 1 : “Sa…saya melihatnya tuan” (Sedikit ragu menjelaskan)
Dayang 2 : “Saya juga mendengarnya tuan, suwerrr” (Sambil mengangkat dua jari bersumpah)
Dayang 3 : “Saya juga mengingatnya, tuan” (Sambil mengangkat tangan)
Puteri : “Berarti dia telah mengkhianati ayahku Raja Fir’aun, Unbelievable!!”
Menteri : “Tenang dulu Puteri”
Dayang 1 : “Iya puteri, sebaiknya tenang dulu”
Dayang 2 : “Don’t be panic, Puteri”
Dayang 3 : “Santai aja, Puteri. Slow…”
Puteri : “Iiiihh berisik”
Dayang 1 & 2 : “Tuuuhh berisik” (Kompak mengiyakan sang Puteri)
Dayang 3: “Sssssttt…Diam”
Puteri : “Apa yang akan paman lakukan?”
Menteri : “Begini saja Puteri, saya akan memberi tahu ayah tuan Puteri Raja Fir’aun. Biar beliaulah yang memutuskan untuk mengampuni atau memberi hukuman”
Puteri : “Lalu aku harus bagaimana paman?”
Menteri : “Lebih baik Puteri bersikap biasa saja seolah tak terjadi apa-apa”
Puteri : “Baiklah paman”
BAGIAN 6
DI SINGGASANA KERAJAAN
(Dengan berjalan agak tergesa-gesa, Haman menuju singgasana untuk mengahadap Raja Fir’aun. Sebelum berbicara pada Raja Fir’aun, ia duduk bersimpuh seperti menyembah atau bersujud)
Raja Fir’aun : “Ada apa Haman?”
Menteri : “Maaf tuanku, hamba ada berita”
Raja Fir’aun : “Berita apa Haman, apa itu tentang Musa?”
Menteri : “Ya, engkau benar Tuan”
Raja Fir’aun : “Apa itu, katakanlah Haman”
Menteri : “Kita telah menemukan pengkhianat didalam Istana,tuanku”
Raja Fir’aun : “Apa…???????” (Terkejut dan seketika berdiri sambil menghentakkan tongkatnya) “Siapa dia? Siapa yang berani mengikuti Musa?” (Dengan nada sangat marah)
Menteri : (Sambil gemetaran) “Si…si…”
Raja Fi’aun : “Siapa?? Siluman? Cepat katakan!! Hah!! (Sambil menghentakkan tongkatnya lagi)
Menteri : “Si…Siti…”
Raja Fir’aun : “Siapa? Sitikus?”
Menteri : “Siti Masyithoh, tuan” (dengan nada takut)
Raja Fir’aun : “Kenapa kau bisa berkata seperti itu?, apa yang telah dilakukannya?”
Menteri : “Ia mengucapkan kalimat Astaghfirullah tuan”
Raja Fir’aun : “Apa…?? Beraninya dia mengkhianatiku dan malah mengikuti ajaran Nabi Musa!!” (Dengan nada sangat marah)
Menteri : “Apa yang harus hamba lakukan tuan?”
Raja Fir’aun : “Kau dengar kata itu dari siapa?”
Menteri : “Kata tuan Puteri sewaktu Siti Masyithoh menyisir rambutnya”
Raja Fir’aun : “Kalau begitu panggilkan Puteri, aku ingin menanyakan langsung padanya. Pengawal…segera panggil Puteri untuk menghadapku!”
Pengawal 1 : “Baiklah, tuan. Akan segera dilaksanakan” (Berlalu pergi sambil menarik tangan Pengawal 2)
Pengawal 2 : “Eh…Aku harus ikut juga?”
Pengawal 1 : “Husshh…ngga usah berisik, ayo cepat!”
(Pergi, lalu kemudian datang bersama Sang Puteri beserta dayang-dayang yang selalu ada dimanapun sang Puteri)
Puteri : “Wahai ayahanda Raja Fir’aun, ada apakah gerangan memanggil saya?”
Raja Fir’aun : “Wahai anakku sang Puteri, apakah benar yang dikatakan oleh Haman bahwa kau mendengar Siti Masyithoh telah mengkhianatiku?”
Puteri : “Iya, ayahanda. Aku mendengar Siti Masyithoh mengucapkan kata ASTAG…ASTAGHFIR…tadi apa itu paman?” (Sambil menoleh ke para dayang)
Dayang 1 : “Eh, kata apa yang diucapin sama si Masyithoh kemarin? Aku lupa.” (Bertanya kepada Dayang 2)
Dayang 2 : “Eh, apa ya? (kaget) Ssstt…Kamu inget nggak?” (Bertanya ke Dayang 3)
Dayang 3 : “Emmm…(Mengingat-ingat) Oh ya, Astaghfirullah, puteri”
Puteri : “Ah iya itu ayah” (Sambil menghadap ke Raja Fir’aun lagi)
Raja Fir’aun : “Bedebbaaahh…..Pengawal…Segera Seret kemari Siti Masyithoh”
Pengawal 1 & 2 : “Siap Tuan, titah Raja adalah tugas hamba!!” (Pergi berlari meninggalkan istana)
BAGIAN 7
DI BALAI PERSIDANGAN
(Raja Fir’aun dan yang lain tengah menunggu di dalam Istana kerajaan, dua pengawal utusan segera datang membawa Siti Masyithoh sambil menggendong anaknya yang masih bayi)
Pengawal 1 : “Ayo cepat, berlutut!!” (Sambil mendorong Siti Masyithoh ke hadapan Raja Fir’aun)
Pengawal 2 : “Ini Siti Masyithoh Tuan” (Sambil menunduk kepada Raja Fir’aun)
Raja Fir’aun : “Siti Masyithoh…!! Jawab pertanyaanku!! Apa benar kau telah mengkhianatiku dan mengikuti ajaran Musa? Hah? Jawab!! (Sambil membentak)
Siti Masyithoh : “Maaf Tuan. Apa yang tuan maksudkan?”
Raja Fir’aun : “Jangan mengelak kau. Kau telah mengucapkan Astaghfirullah, benar kan?” (Sambil membentak)
Pengawal 1 & 2 : “Astaghfirullah…” (Sambil bergeleng-geleng kepala)
Raja Fir’aun : “Diam!!”
Siti Masyithoh : “Saya...saya…hanya ingin menyembah Tuhan saya,tuan”
Raja Fir’aun : “Lancang kau…beraninya kau menyembah selain aku!!” (Semakin marah)
Siti Masyithoh : “Tuhan yang patut kami sembah adalah Allah. Dia tuhan saya dan Tuhan engkau juga Tuan”
Raja Fir’aun : “Baiklah Masyithoh, aku tak ingin berdebat, aku akan memberi kesempatan untuk kau bertaubat dan menyembah aku sebagai tuhanmu, bagaimana? Apa kau bersedia?”
Siti Masyithoh : “Maaf tuan, saya tetap dalam pendirian saya”
Raja Fir’aun : “Baiklah, akan kuberikan kau tawaran menarik. Akan kuberikan kau Rumah mewah, unta seratus ekor, dan uang sebanyak yang kamu mau”
Siti Masyithoh : “Maaf tuan, saya tetap dalam pendirian saya”
Raja Fir’aun : “Hah…ha…ha…ha…kau memang kepala batu Masyithoh!!” (Sambil membentak)
Siti Masyithoh : “Bukan tuan, kepala saya adalah kepala manusia” (Menjelasakan dengan santai)
Puteri : “Hei Masyithoh, beraninya kau!! Kau keterlaluan!!”
Pengawal 1 & 2 : “Sungguh terlaaaluuu…” (Sambil geleng-geleng kepala)
Siti Masyithoh : “Maaf, saya tidak bermaksud”
Raja Fir’aun : “Masyithoh!! Kutanya kau sekali lagi. Apa kau akan menyembahku?” (dengan kasar)
Siti Masyithoh : “Saya tetap ingin menyembah tuhan saya, Allah”
Raja Fir’aun : “Pengawal…!! Bawa keluarga masyithoh kemari! Tanpa terkecuali!!” (dengan lantang menyuruh pengawal)
Pengawal 1 & 2 : “Siap tuan. Apakah termasuk hewan peliharaanya tuan?”
Menteri : “Huusssh…cepat segera bawa keluarganya kemari!” (dengan tegas menyuruh pengawal segera pergi)
Pengawal 1 & 2 : “Baik tuan” (segera pergi sambil memberi hormat dengan menundukkan kepala)
BAGIAN 8
DI RUMAH SITI MASYITHOH
(Saat keluarga Masyithoh berada di rumah, suaminya sedang mencangkul didepan rumah, anaknya yang pertama sedang mencuci dan anaknya yang kedua sedang mengendong anak Siti Masyithoh yang masih bayi sambil mendendangkan shalawat, tiba-tiba para pengawal Raja Fir’aun datang menghampiri sambil merusak segala yang mengalangi jalannya)
Suami Masyithoh : “Siapakah tuan-tuan ini dan ada gerangan apa datang kesini?”
Anak 1 : “Bukankah tuan-tuan ini orang kerajaan?”
Pengawal 1 & 2 : “Hahahhaahhahahha…kau sepertinya sudah mengetahuinya” (Dengan keras)
Anak 2 : “Sssssttttt………..paman kerajaan ini jangan berisik, si adek bayi lagi bobok” (Sambil mengayunkan sang bayi karena khawatir terbangun)
Pengawal 1 & 2 : “Hei kau! (Sambil menunjuk kearah suami Siti Masyithoh) Kau dan keluargamu harus ikut kami ke istana Raja Fir’aun” (Dengan tegas)
Suami Masyithoh : “A..a..ada apa kami harus menghadap Raja Fir’aun?” (Dengan cemas)
Pengawal 1 & 2 : “Jangan banyak omong. Ayo cepat ikut kami!” (Sambil menyeret-nyeret keluarga Siti Masyithoh)
Anak 1 : “Abiii...abii…tolong, ada apa ini? Kita akan diapakan sama mereka?” (Sambil menangis)
Anak 2 : “Iya bii…kenapa mereka jahat sama kita? Kita mau dibawa kemana? Aku takut bii…” (Sambil memberontak dan menangis)
Suami Siti Masyithoh : “ Abi tidak tau” (Sambil memberontak)
Pengawal 1 & 2 : “Ayo cepat, jangan banyak bicara” (Kemudian segera pergi)
BAGIAN 9
DI BALAI PERSIDANGAN
(Raja Fir’aun dan yang lain sedang menunggu, dan segera datang para pengawal dengan membawa keluraga Siti Masyithoh lalu mendorong mereka kehadapan Raja Fir’aun)
Pengawal 1 : “Tuan, ini semua keluarga Siti Masyithoh”
Pengawal 2 : “Iya,tuan”
(Anak-anak siti Masyithoh menangis terisak disampingnya)
Anak 1 : “Umii…kenapa kita disini?” (Sambil menangis)
Anak 2 : “Umii…aku takut umii” (Sambil menangis)
Siti Masyithoh : “Tenang anakku” (Sambil mengambil sang bayi dari pangkuan anak kedua Siti Masyithoh)
Raja Fir’aun : “Hei Masyithoh…apa yang akan kau lakukan dengan keluargamu? Hahahahah….” (Sambil tersenyum sengit)
Siti Masyithoh : “Tolong lepaskan mereka tuan”
Raja Fir’aun : “Apa? Kalau kau mau mereka selamat, kau harus meninggalkan ajaran Musa dan menyembah aku sebagai Tuhanmu”
Suami Masyithoh : “Kami hanya punya satu Tuhan, hanya Allah”
Anak 1 : “Iya,tuhan kami adalah Allah” (Meyakinkan)
Anak 2 : “Allahu Akbar!!” (Bertakbir dengan semangat)
Pengawal & Dayang : “ALLAHU AKBAR!!” (Menyeru semangat)
Raja Fir’aun : “Diaaaaammmmmmmm……..!!!
(Marah besar dan semua orang terdiam)
Puteri : “Rasain lho” (Sambil menyeringai ke Siti Masyithoh dan keluarganya)
Dayang 1 : “Huh…Dasar penghianat”
Dayang 2 : “Iya tuh. Dasar gak tau diuntung”
Dayang 3 : “Eh, tapi dia berani juga ya”
Suami Masyithoh : “Sadarlah tuan, kita semua ini adalah manusia ciptaan Allah”
Anak 1 & 2 : “Iyaaa…” (Sambil manggut-manggut setuju)
Raja Fir’aun : “Beraninya kau menceramahi aku?” (Sambil menantang)
Siti Masyithoh : “Tuan hanyalah manusia biasa, kita semua hanyalah manusia biasa. Kita hanya boleh menyembah satu Tuhan yang menciptakan seluruh dunia dan seisinya. Dia Allah Yang Maha Besar”
Raja Fir’aun : “Kauu…(sambil menunjuk ke Siti Masyithoh) beraninya kau. Aku akan menghukum kalian semua. Aku akan menggodok kalian semua kedalam kuali panas.
ALGOJOOOO…..!!” (Memanggil algojo dengan keras)
Algojo : “Iya tuan, (Sambil berlari menghadap Raja Fir’aun) hormat hamba pada Tuan Raja Fir’aun” (Sambil memberi hormat)
Raja Fir’aun : “Ambilkan kuali panas yang paling besar di istana ini” (Dengan tegas)
Algojo : “Siap tuan” (Sambil berlalu pergi)
(Algojo segera datang membawa kuali besar dengan dibantu para pengawal kerajaan)
Algojo : “Ini kualinya tuan, ini kuali panas yang paling besar di istana ini” (Sambil menunjukkan kuali yang dibawanya)
Raja Fir’aun : “Algojo, aku ingin kau cemplungkan Siti Masyithoh dan keluarganya kedalam kuali ini)
Algojo : “Siap tuan” (Sambil menyuruh Siti Masyithoh dan keluarganya berdiri di depan kuali)
Anak 1 : “Umii…Abi…Aku takut” (Sambil menangis)
Anak 2 : “Abii…Umi…apa kita akan mati disini? Bagaimana dengan adik bayi?”
Suami Siti Masyithoh : “Tenanglah anakku. Allah selalu bersama kita, walaupun kita harus mati disini. Kita akan segera bertemu dengan Allah”
Anak 2 : “Benarkah?”
Siti Masyithoh : “Tuan, tolong biarkan keluarga saya hidup. Biar saya yang menanggung hukuman ini”
Raja Fir’aun : “Hmm…sepertinya kau masih belum mau menyerah. Apa kau mau menyembahku?”
Siti Masyithoh : “Tidak akan tuan. Saya hanya akan menyembah Allah Yang memiliki dunia ini dan seisinya. Kau tidak akan meraih kebahagiaan meski kau merasa dirimu sebagai Tuhan. Kau tidak akan memperoleh surga Allah. Segeralah engkau bertaubat tuan”
Raja Fir’aun : “Aku adalah Penguasa di dunia ini Masyithoh. Aku akan mematikan kau” (Dengan kasar)
Siti Masyithoh : “Hanya Allah yang memiliki kuasa di dunia dan alam semesta ini,tuan”
Raja Fir’aun : “ALGOJO………!! Segera ceburkan keluarga Masyithoh!! (Dengan keras)
Algojo : “Siap laksanakan tuan (Sambil memberi hormat), Ayo siapa duluan yang ingin masuk kedalam kuali ini?” (mempersilahkan dengan tegas)
Anak 1 : “Aku… (sambil mengangkat tangan), yang terakhir aja!!” (meringis ketakutan)
Anak 2 : “Aku… (sambil mengangkat tangan), karena aku anak kedua jadi aku yang kedua aja!! (masih sambil menangis)
Anak 1 & 2 : “Takuuutttttt……” (Sambil beringsut)
Suami Masyithoh : “Tak usah takut anakku, Allah selalu bersama kita”
Algojo : “Arrrrgghhh…banyak bacot kalian ya, ayo cepat kamu akan aku cemplungkan ke kuali, apa pesan terakhirmu?” (Sambil menunjuk ke arah Anak 1 Siti Masyithoh)
Anak 1 : (Sambil melihat Ibunya Masyithoh) “Umii…maafkan anakmu ya, maaf karena belum bisa membahagiakan Umi” (Sambil mencium tangan Siti Masyithoh lalu kemudian segera diceburkan ke dalam kuali. Buuurrrr)
Algojo : “Hah!! Pake cium tangan segala, udah kayak mau berangkat sekolah”
Anak 2 : “Umii… minta do’anya ya, semoga nanti aku bisa segera bertemu sama Allah”
Siti Masyithoh : “Iya nak, maafkan umi” (Sambil mengusap kepala anaknya yang kedua)
Anak 2 : “Allahu Akbar!!” (Sambil menceburkan diri ke dalam kuali)
Pengawal 1 & 2 : “ALLAHU AKBAR!!” (Sambil mengangkat tongkat mereka)
Algojo : “Heh…kamu mau diceburkan juga?” (Sambil melihat kearah pengawal, dan pengawal hanya menggeleng-geleng kepala)
Suami Masyithoh : “Ya Allah, andai ini menjadi jalan terbaik hamba untuk segera bertemu dengan-Mu, maka hamba ikhlas” (Algojo segera mendorongnya ke dalam kuali)
Algojo : “Hahahha…sekarang giliranmu siti Masyithoh”
Raja Fir’aun : “Bagaimana Masyithoh, apa kau tetap tidak akan berubah pikiran untuk menyembahku?”
Siti Masyithoh : “Tidak akan tuan. Tuhan yang wajib untuk saya sembah hanya Allah. Allah yang menciptakan saya dan kita semua”
(Tak lama kemudian sang bayi yang ada dipangkuan Siti Masyithoh secara ajaib bisa berbicara)
Narator :
“Duhai Ibuku yang tersayang, janganlah engkau takut. Jika engkau tetap berpegang teguh pada Allah, maka Allah akan senantiasa bersama kita. Jangan takut ibu…”
Siti Masyithoh : “Alhamdulillah ya Allah. ALLAHU AKBAR!!” (Kemudian menceburkan diri ke kuali)
(Raja Fir’aun dan yang lain hanya memandang dengan sombongnya)
Narator :
Inilah kisah keteguhan iman Siti Masyithoh, orang yang rela mengorbankan segalanya. Keluarga yang dicintainya, suami, anak-anaknnya, bahkan dirinya sendiri dijadikan jaminan demi menjaga keimanannya untuk tetap berada dijalan Allah. Untuk tetap menyembah Allah. Untuk tetap menyimpan nama Allah dalam hatinya. Sampai akhir hayatnya ia dan keluarganya sahid dalam keimanan kepada Allah. Semoga kita para ummat Nabi-nabi Allah yang beriman tetap menjaga keimanan kita kepada Allah hingga akhir hayat menjemput kita. Amiin…
Sekian naskah drama ini semoga bermanfaat untuk pembaca semuanya,, aamiin... :)
FB : Inna Injana , IG : @innainjana , YT : Miss Nay