Monday, 23 March 2020

Cerpen : Cinta Untuk Emak

“ CINTA UNTUK EMAK “

Assalamu’alaikum… Namaku iin. Anak ke empat dari tujuh bersaudara. Iin, Begitulah orang-orang memanggilku sejak aku kecil. Aku ingin menceritakan Curhatan hatiku. Aku terlahir dari keluarga sederhana. Bisa di bilang hidup serba kekurangan pada waktu masa kecilku. Hidup serba pas-pasan bisa membuat seseorang berbeda. Entah dari cara pandang, sikap dan juga tingkah laku. Yaaa itulah yang sering di bilang oleh ayahku tempo hari. Makanya supaya hidup sebuah keluarga menjadi tenang dan tenteram, perlu adanya perhatian khusus terhadap perekonomian. Lebih tepatnya perbaiki ekonomi terlebih dahulu. Maka yang lain akan mengikuti Namun aku sadar, hidup seseorang tidak mungkin lepas dari yang namanya kesusahan. Untuk makan sehari-hari masih harus bekerja keras cari hutangan beras. Ah betapa merananya emak dan ayah ketika masa kecilku dulu.

Emak adalah seorang ibu rumah tangga. Emak, begitulah aku memanggilnya. Jika bicara tentang emak, entah kenapa respekku sangat minim sekali. Aku bahkan tidak tau kenapa. Mungkin karna sejak masa kecilku emak sangat suka marah-marah, dan seringkali melayangkan sebuah pukulan dengan tangan atau juga dengan suatu benda seperti sapu ke arah paha dan juga kadang kepalaku. Aku merasa sangat-sangat membenci emak kala itu. Bagaimana tidak, setiap hari tidak pernah tidak lolos dari hantamannya ketika emak sedang marah. Aku benar-benar sangat benci , sampai-sampai pada suatu ketika aku duduk di bangku sekolah dasar , ketika seorang guru memberikan tes membuat karangan secara dadakan. Dan malangnya aku malah mendapatkan tema tentang Ibu. Aku tak bisa berkata sepatah katapun. Aku mencoba berpikir keras. Pikiranku buntu. Apa yang bisa aku ceritakan tentang Ibu ?? Aku bahkan tidak punya kesan yang baik dengan ibuku sendiri selain sebuah kemarahan dan dendam terhadap perlakuannya.

Perasaan itu masih terus berlanjut hingga aku duduk di bangku SMA. Aku sering bercerita tentang emak kepada salah seorang teman dekatku. Namun dia seringkali hanya menjadi pendengar setiaku. Ah aku lupa , ibunya sudah tiada. Mungkin dia tak akan berkomentar apa-apa terhadap ceritaku. Emak masih suka marah-marah terhadap apapun yang tidak sesuai kehendaknya.

Pernah suatu ketika, aku masih di bangku SMA kelas dua, aku mendapatkan peringkat pertama dan mendapatkan hadiah uang sebesar Lima puluh ribu rupiah dari sekolah. Ketika sampai di rumah, ayah menyuruku memberikan sebagian hadiahku ke emak. Aku menolak mentah-mentah. Kenapa aku harus memberikannya ? ini kan hasil kerja kerasku sendiri. Ayah menasehatiku, bahwa kesuksesan seorang anak itu tidak pernah lepas dari do’a kedua orangtua. Dan akhirnya aku mengalah. Meskipun akhirnya ayah menggantikan uang itu untuk membayar uang camping setelah ujian semester. Hatiku tidak pernah luluh meski aku mendapatkan nasehat dari ayah waktu itu. Aku masih sama, membenci kehadiran ibu. Tapi aku tak ada pilihan. Siapa yang akan memasak makanan untukku kalau bukan emak. Siapa pula yang akan mencuci pakaianku kalau bukan emak.

Kini aku sudah lulus dari bangku SMA. Ayah sudah merencanakan akan mengirimku bekerja ke sebuah kawasan industri yang ada di kawasan propinsi Banten. Dan ya… aku sudah mempersiapkan segalanya dengan di temani ayahku. Ayahku adalah segalanya. Dia yang selalu mengantarkanku ke sekolah jika ayah sedang libur berdagang. Ayahku seorang pedagang biasa di pasar. Berjualan Peci, Sajadah, tasbih dan semacamnya. Aku mulai mempersiapkan lamaran pekerjaan. Berkas-berkas sudah di lengkapi. Ayah dengan sabar menemani aku kesana kemari. Tidak perduli panas terik dan juga lelah yang setiap hari menyapanya. Karena pengorbanan ayah, aku berikrar dalam hati bahwa aku akan berusaha bekerja dengan baik dan jujur demi membantu meringankan beban ayah. Ya, itulah sumpahku kala itu.

            Karena ada sesuatu hal, akhirnya keberangkatanku ke  Banten tertunda sebulan, dan pada suatu malam emak mengeluh. Emak menyalahkan aku, di bilangnya aku membawa sial karena aku tak kunjung berangkat ke perantauan. Ya Allah, hatiku benar-benar sakit. Aku menangis sesenggukan semalaman. Aku merasa sangat tidak betah di rumah. Ya Allah kenapa aku tak kunjung berangkat juga. Aku benar-benar tidak tahan. Aku ingin jauh dari rumah dan jauh dari segala penderitaan ini.

Akhirnya tiba juga saat pemberangkatan. Besok pagi. Dari sore aku sudah sibuk berkemas. Sebenarnya dari beberapa hari lalu ayah sedang sakit. Mungkin karena kelelahan. Tapi kali ini masalahnya serius. Sudah setiap malam ayah mengeram kesakitan di bagian perutnya. Kakak pertamaku yang sudah menikah dan tinggal di kota Solo juga sudah menengok ke rumah. Kakak menyarankan agar ayah dibawa berobat ke rumah sakit. Namun ayah menolak. Ayah masih ingin ikhtiar pakai obat ini dan itu. Terapi ini dan itu. Namun tak kunjung sembuh. Tak terhitung berapa obat yang sudah di makan. Akhirnya malam sebelum keberangkatanku, ayah di bawa ke rumah sakit umum daerah purwodadi. Aku ikut dalam mobil mengantarkan. Kami meminjam mobil pak Lurah yang juga sudah kenal akrab dengan ayah. Emak juga ikut mendampingi. Aku malam itu harus pulang, karena adik-adik di rumah sendirian, tak ada orang dewasa yang menemani. Emak yang menunggui ayah disana.

Bagaimana dengan keberangkatanku? Aku tak tau harus bagaimana. Dan akhirnya dengan berat hati ku batalkan lagi keberangkatanku. Aku makin sedih, mungkin benar kata emak, aku anak pembawa sial. Aku kecewa berat.

            Kupanjatkan do’a setiap selesai sholat untuk kesembuhan ayah. Sambil mengingat kenangan masa kecilku. Sejak kecil aku lebih sering ikut ayah dari pada Ibu. Ayah sering mengajakku ke lapangan sepak bola di desa kami. Disana aku menunggu di samping lapangan sambil melihat ayah sedang bermain sepak bola. Mungkin karena itu juga aku jadi merasa lebih nyaman jika berada di dekat ayah daripada dengan ibu.

Namun aku mulai mengerti keadaan itu ketika aku sudah memasuki dunia kerja. Aku mulai berpikir dan sadar, mungkin karena ibu waktu itu sedang repot dengan pekerjaan rumah belum lagi harus mengurusi adik-adik ku yang masih sangat kecil kala itu.

Beruntungnya saat baru memasuki dunia kerja, Allah sudah mulai memberi hidayah padaku. Allah membukakan mata hatiku yang selama ini jauh dari kata damai. Aku merasa amat sangat bersyukur. Namun ini juga tak lantas memudahkan hatiku, masih ada rasa yang menakuti hatiku. Pada awal-awal masa kerja aku mulai kerepotan mengurus diriku sendiri. Aku yang tadinya selalu mengandalkan ibu mengurus semua hal di rumah, tapi kini aku harus melakukannya sendiri. Benar-benar hal yang tidak mudah bagiku. Dari mulai mencuci baju hingga menjemur dan juga mengangkat jemuran yang sudah kering, aku terbiasa mengandalkan ibu. Bukankah ini benar-benar merupakan hal sepele untuk ukuran perempuan menjelang dewasa sepertiku?

Aku mulai merasa kahilangan sosok yang slalu ku andalkan. Berat memang, tapi aku berusaha untuk mandiri. Mengurus segalanya sendiri. Hal ini masih tak kunjung memudahkan hariku. Banyak sekali hal buruk yang ku alami. Sejak sampai ke perantauan. Aku sudah jatuh sakit, selama seminggu harus bekerja dengan tanpa tenaga. Ah… kalau seperti ini terus aku bisa langsung dipecat. Namun untuk anak baru masih di berikan toleransi. Aku masih beruntung, pasti karena do’a dari orangtua yang tak pernah putus. Selama seminggu dalam penderitaan sakit demam tinggi dan tak ada daya untuk makan apalagi berjalan. Setiap malam aku menangis merintih. Begitu menyedihkan. Serasa sudah hendak memasuki ajal. Aku menderita, merana, sengsara.

Namun tekad ku sebelum berangkat sudah bulat, ikrar ku bahwa aku akan bekerja membantu orangtuaku. Setiap bulan aku akan mengirimkan sebagian besar gaji yang kudapatkan. Setahun pertama aku juga bertekad akan selalu rajin mengisi daftar hadirku. Dan benar aku sukses dengan niat ku. Beberapa bulan sudah berlalu, dan perasaan menakutkan itu tak kunjung hilang. Masih menyerang hati dan pikiranku. Kali ini entah kenapa aku merasa amat sangat merindukan kedua orangtuaku, terutama Emak. Aneh rasanya, selama ini aku yang selalu membenci dan bahkan tanpa sadar banyak menyakiti hatinya. Banyak sekali tingkah burukku kepada Emak di waktu yang lalu.

Kemudian ketika disepertiga malam, aku mengadukan dan mencurahkan segala perasaanku pada Allah yang menguasai segala perasaan makhluk-Nya. Ku tunaikan shalat tahajjud, shalat hajat, dilanjutkan shalat Witir sebagai penutup. Setelah selesai ku tengadahkan kedua tangan, sambil terpejam tak terasa air mataku mengalir begitu deras. Lima menit berlalu air mataku masih tak berhenti mengalir. Dalam gelapnya kamar mess putri puma aku menangis sesenggukan, namun tanpa suara. Khawatir mengganggu teman sekamarku. Jika aku bisa, aku ingin sekali menangis dengan keras, karena sudah terasa sesak di dada. Disela isak tangisku terbayang semua keburukan yang aku lakukan kepada kedua orangtuaku terutama kepada Emak. Aku mulai merangkai do’a dan permintaan kepada Sang Penguasa Alam Semesta. Ini pertama kalinya aku merangkai doa dengan sangat khusyu’, menurutku.

Aku mulai memohon ampun kepada Allah atas dosa-dosaku. Sambil berlinang air mata ku untai do’a demi do’a.
“Ya Allah, aku mohon ampunkan segala dosa-dosaku…dosaku sudah sangat menggunung dan tak akan bisa aku mengulang kembali waktu yang telah berlalu untuk menghapus segala dosa-dosaku”
( mulai terlintas banyak hal, dulu aku pernah ngambek saat di antar ibu ke sekolah, dan aku minta diturunkan di tikungan sebelum masuk gerbang sekolah. Aku malu karena masih di antar memakai motor empat tak jaman dulu yang suaranya berisik. Dulu aku pernah membentak balik ibu karena aku di marahi. Dulu pernah ku banting tutup panci sayur hanya karena aku sedang tak suka menu makanannya. Dulu aku pernah tidak bicara apa-apa pada ibu hanya karena setelah dia melarangku melakukan sesuatu )

Kesemua hal itu seolah menggoreskan luka di hatiku. Aku benar-benar tak bisa membayangkan perasaan Emak saat itu atas perlakuanku. Dan aku ingat betul, saat itu Emak tak pernah berkomentar apapun. Hatiku mulai meradang.

“Ya Allah, ampunkanlah dosa-dosa kedua orangtuaku,”
( Teringat kembali saat Emak menendangku karena aku lalai menjaga adikku yang masih bayi. Dia pernah memukul kepalaku dengan sebuah pisau. Dia pernah memukul kakiku dengan gagang sapu. Dia pernah membuatku sakit hati karena kata-katanya)

Kesemuanya itu memang menyakitiku, namun aku tak seharusnya membalasnya dengan keburukan. Mereka ada di dunia ini adalah sesuatu yang sangat berharga dan patut di syukuri.

“Ku ikhlaskan apa yang telah mereka lakukan, meski itu menyakitiku,. Aku tau yang mereka lakukan adalah karena sayang padaku. Ya Allah akan ku ikrarkan bahwa aku tak akan lagi membuatnya marah padaku, dan tidak pula marah kepadanya. Akan ku biarkan apa yang dia ingin lakukan. Akan ku berikan apapun yang di inginkannya, selama aku bisa memberikannya. Ya Allah, panjangkanlah umurnya agar aku bisa membahagiakannya. Biarkanlah aku hidup lebih lama agar aku bisa memberikannya apapun yang di inginkannya. Akan ku maafkan segala khilafnya, karena dia Ibuku. Karena aku tak mungkin mampu membalas segala kebaikan dan pengorbanannya”

Ini pertama kalinya aku mengikrarkan sesuatu untuk orangtuaku dan saudara-saudaraku. Sejak saat itu hatiku mulai merasakan lega. Ikhlas. Aku mulai merangkai kerelaan untuk setiap kejadian dalam hidupku. Setiap hari takkan terlewat untuk menelepon walau hanya sekedar mendengar suara mereka yang berada di kejauhan. Melegakan mendengar mereka selalu sehat dan baik-baik saja. Setiap lebaran tiba, ku belikan seperangkat baju baru beserta jilbab dan sandal untuk kedua orangtua dan juga saudara-saudaraku. Hampir semuanya ku bungkus dengan rapi seperti kado di hari lebaran. Aku merasa sanggat senang melakukannya, meski aku sendiri tak bisa menikmati apapun yang aku mau. Namun aku berjanji akan mendahulukan mereka dari pada diriku sendiri.

Segalanya untuk mereka. Seperti kisah sebuah sahabat di jaman Rasulullah SAW. Yang bernama Hatim Thayyi, bahwa jika diminta  kepalapun diberikannya. Kurang lebih seperti itu yang ku lakukan. Kala itu aku juga banyak membaca tausiyah-tausiyah lewat media sosial tentang Berbakti kepada kedua orangtua, dan ini semakin mendukung keadaan. Setiap menjumpai tulisan bertema Kedua orangtua terutama ibu, air mataku selalu tak terbendung. Setiap selesai melaksanakan shalat kupanjatkan segala do’a untuk kebaikan mereka, kesehatan mereka, ini adalah sebagai wujud rasa cintaku untuk Kedua orangtuaku. Cinta untuk Emak. Cinta untuk kakak dan adikku.

Aku tau bahwa tak semua Ibu seperti Ibuku. Dulu aku sering iri dengan ibu teman-temanku karena ibunya begitu menyayanginya dan hampir tak pernah memarahinya. Namun aku sadar bahwa Allah tak kan menjadikan suatu keadaan tanpa alasan. Pasti selalu ada kebaikan di balik semua ini. Alasan mengapa Allah memberikan aku Emak seperti itu pasti akan ada kebaikan untukku juga. Dan akhirnya aku hanya mampu berbaik sangka pada Sang Pemilik Jagad Raya.

Teringat kembali dalam sebuah hadis Raasulullah SAW. Bahwa derajat Ibu tiga kali lebih lebih tinggi daripada ayah. Ibu adalah seseorang yang mengandungku selama Sembilan bulan kemudian melahirkanku dengan mempertaruhkan nyawanya. Ibu yang menyusuiku selama dua tahun meski tak kusadari saat itu karena aku masih belum mengerti. Semua hal tentang Ibu menyentuh hatiku.

Bagaikan tamparan keras mengarah ke wajahku, setiap kali aku ingat hal-hal buruk yang ku lakukan pada Emak.

Mulai saat ini ku ikrarkan janji pada yang Maha Kuasa. Akan ku cintai Emak, Bapak , kakak ,adikku. Akan kulakukan yang ku bisa. Sejujurnya, masih ada hal yang sangat ingin ku wujudkan yang ingin ke berikan pada Emak juga Bapak, yaitu memberangkatkan Emak dan Bapak melaksanakan ibadah Haji ke Tanah Suci.

Semua rasa cinta dan yang ku berikan selama ini takkan memberikan arti apa-apa. Karena masih jauh dari kata sempurna. Aku berdo’a kepada Sang Maha Kaya yang akan memberikan Rejeki padaku agar aku dapat mewujudkan mimpi besarku. Tak perduli harus seberapa pahit kehidupan yang kualami. Akan selalu ke perjuangkan agar ku dapatkan ridlo ke Kedua orangtuaku. Karena Ridlo Allah bergantung pada ridlo kedua orangtua. Berharap akan bertemu hingga ke Syurga-Nya kelak. Aamiin.



FB : Inna Injana
IG  : @innainjana
YT : Miss Nay

Cerpen : Berkelana Ke Ranah Orang China

BERKELANA KE RANAH ORANG CHINA

                Seperti bernostalgia ke masa sebelum merdeka. Aku memulai perjalanan ke ranah orang China sejak tahun 2010 lalu. Kedengarannya belum terlalu lama, tapi merasakan pahit manis asin asam hidup selama empat tahun di perantauan adalah waktu yang cukup lama bagiku. Berbagai macam rasa telah kualami, seperti iklan permen “nano-nano” yang menawarkan berbagai macam rasa dalam satu bungkus permen. Begitu juga dengan dunia yang menawarkan berjuta rasa dalam menjalani hidup ini.

            Tepatnya pada hari kamis malam jum’at aku dan beberapa orang dari berbagai kecamatan hingga kabupaten dalam satu rombongan bus berangkat dari kota Kudus dimana ada sebuah yayasan yang khusus menyalurkan tenaga kerja ke PT.Nikomas Gemilang.

            Keesokan harinya kamipun sampai di tempat tujuan, saat matahari belum memunculkan dirinya kehadapan kami. Kami di tampung di sebuah ruangan besar dan terbaca jelas olehku ada tulisan Kantin Adidas. Percaya atau tidak, tempat itu sangat asing buatku. Wajar saja, pasalnya ini pertama kalinya aku menapakkan kaki keluar dari rumah dan bisa di bilang aku menjadi perantau.

            Akhirnya tiba saatnya untuk tes dan interview. Semua orang baik dari rombongan atau yang baru datang yang mungkin asli berdomisili di kota Serang telah siap dan berkumpul dengan rapi di lokasi bernama kantin tersebut. Dimulai dengan tes secara tertulis dan kemudian di lanjutkan dengan tes ujian praktek khusus komputer. Tak lama kemudian datang seorang translator berdarah China. Beliau menanyakan siapa saja yang mampu mengoperasikan komputer. Dan dengan percaya diri aku ikut serta unjuk tangan ke atas. Ada empat orang yang akan di tes tapi sayang sekali sebelum tes, satu orang dari kami memilih mundur.Mungkin dia takut atau entah memang tak punya kepercayaan diri seperti aku saat itu.

Selanjutnya kami di bawa dengan sebuah mobil Avanza dengan nomor plat A1463F menuju ke sebuah kantor yang berada di lantai dua sebuah gedung. Kami pun masing-masing di sodori selembar dokumen yang benar-benar membuatku pusing dan hampir tak punya keberanian untuk melanjutkan tes. Aku diam sejenak berpikir harus mulai darimana, karena panas dingin tiba-tiba menyerang di sekujur tubuhku. Belum lagi komputer yang ku gunakan untuk tes itu berbahasa China. Masya  Allah makin tidak karuan  pikiran ku ini. Aku slalu berpikir bagaimana jika aku tak bisa?, dengan sekuat hati dan tenaga aku menenangkan diriku sendiri dan tetap tawakkal. Karena aku selalu berkeyakinan bahwa setiap pekerjaan harus tetap di pasrahkan pada Allah hingga hasil akhirnya. Detik demi detik, menit demi menit telah terlewati dengan badan yang gemetaran dan jantung yang berdegup kencang tak henti-hentinya.

Waktu tes komputer  telah selesai dan aku masih tak bisa berkata apa-apa karena aku di buat gugup tak berdaya oleh selembar dokumen perusahaan itu. Lalu kami di bawa menghadap bos China seorang bapak-bapak bernama Fu Yu Sheng .Sebenarnya aku tak terlalu menguasa tentang komputer,tapi niatku mengalahkan segalanya. Pasalnya sejak masih di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), aku punya impian ingin bisa menjadi wanita karier yang bekerja sebagai pegawai  di perkantoran. Dan akhirnya, hasil tes telah di tentukan dan hanya aku yang di terima dari tiga orang yang tes. Antara senang dan sedih, karena aku masih tak percaya bahwa aku benar-benar bisa mendapatkan seperti yang aku impikan,namun aku juga sedih telah terpisah bagian dari teman-teman serombonganku.Tapi aku harus tetap semangat.

Aku siap.Aku siap.Aku siap. Hari pertama bekerja aku sangat bersemangat seperti tokoh kartun Spongebob Squarpants yang slalu bersemangat tiap berangkat ke Krusty Crab untuk membuat Crabby petty. Saking semangatnya aku bangun terlalu pagi dan hasilnya aku sangat mengantuk ketika berada di kantor. Waktu itu aku tinggal di asrama yang di sediakan oleh management perusahaan. Entah mengapa hari pertama di kantor aku merasa sedih , karena nyatanya bekerja di kantor tak semudah yang kubayangkan. Berbagai masalah seringkali ku dengar di sekitarku, mulai dari kecelakaan di produksi  di bagian cutting dan dua jarinya terputus. Oh my god…!!! Aku mulai ngeri dengan keadaan itu,dan aku terus mengucapkan rasa syukurku karena aku berada di tempat yang aman yakni bukan di bagian produksi.

Masalah selanjutnya adalah ada seorang karyawan laki-laki yang di duga telah memalsukan tandatangan pada sebuah dokumen,dan akhirnya dia di pecat. Hatiku mulai resah mendengarnya. Syukur alhamdulillah orangtuaku senantiasa memberi motivasi lewat layang telepon setiap harinya dan selalu menenangkan segala kegundahanku. Seminggu pertama aku langsung dilanda demam tinggi, setiap malam menangis merasakan kepala yang begitu panas. Tapi aku tetap berangkat ke kantor, karena sejak awal masuk aku sudah bertekad tidak akan mengotori absen satu haripun. Dan benar  aku berhasil menyelesaikan tekad bulatku, selama satu tahun penuh aku tidak pernah tidak masuk walau di landa sakitpun.

Bulan demi bulan ku lalui dengan begitu berat. Pasalnya aku bekerja di sebuah kantor yang belum lama berdiri, semua sistem yang masih manual, peralatan akntor yang belum mencukupi dan sumber daya manusia yang terbatas. Aku harus berlari ketika harus menumpang print ke office lain karena printer di kantorku selalu di booking bagian salary yaitu yang mengurus penghitungan gaji di pabrik yang aku tempati. Aku sendiri yang berada di bagian Planning harus berhubungan dengan orang banyak diantaranya dengan orang-orang yang berada di kantor pusat PT.Nikomas Gemilang, dan juga dengan orang-orang staff di posko Bea Cukai khususnya di PT.Nikomas Gemilang juga. Hampir setengah hari waktuku habis untuk menunggu di kantor bea cukai,  karena kebetulan aku mendapat bagian pengiriman barang baik yang lokal maupun ekspor. Aku membuat dokumen atau berkas-berkas untuk mengirim barang hasil produksi pabrik yaitu Rubber Outsole dan Midsole.

Setiap hari di kejar deadline untuk pembuatan dokumen dan harus tepat waktu dalam pengiriman barang. Dan masalahku belum cukup sampai disitu, setiap hari selalu saja ada halangan dalam proses pekerjaanku, entah dari orang yang memberikan surat jalan, entah sewaktu aku mengajukan dokumen. Dan dikarenakan kantorku berjarak cukup  jauh dengan  kantor beacukai, yaitu sekitar satu kilometer. Jadi aku harus berusaha mencapai tujuan lebih awal, kadang aku mengendarai motor agar bisa kesana. Motor tersebut adalah milik boss ku yang juga berkebangsaan China. Maklum saja, aku dan teman kantorku hanya mampu meminjam karena faktanya kita tidak punya inventaris sebuah kendaraan bermotor, terkadang jika tidak ada motor, aku meminjam sepeda yang di sediakan oleh manajemen beberapa waktu lau untuk para karyawan yang hendak bepergian ke kantor pusat ataupun beacukai. Kemudian belum lagi saat menghadapi orang-orang staff pusat dna beacukai, selalu saja ada penghalang yakni ada yang galak, ada yang cuek, ada juga yang selalu mempersulit pekerjaan.

Entah kenapa setiap hari slalu ada air mata yang ku teteskan dalam menjalani kehidupan baruku ini, yakni kehidupan seorang yang beranjak dewasa. Aku slalu merindukan kehidupan anak sekolah yang masih ingin bermain ketika guru tidak hadir ataupun yang lain.

Setahun hingga dua tahun telah ku lewati walau berat hati ingin mengatakan kepada kedua orangtuaku bahwa aku ingin sekali lari dari tempat ini. Tapi hal itu tak pernah kulakukan karena aku punya tekad ingin membahagiakan mereka yaitu dengan bekerja dan bisa mengirimkan sebagian gajiku untuk membantu meringankan beban mereka. Karena aku punya tiga orang adik yang masih sekolah. Diathun kedua aku mulai ikut bergabung ke sebuah kepengurusan masjid di kawasan tempatku bekerja. Dan aku sangat terkejut karena baru ikut bergabung sudah langsung di tunjuk untuk menjadi sekretaris karena mereka tau aku bekerja di bagian kantor dan yang mereka tau aku bisa mengoperasikan komputer. Oh ya Allah lagi-lagi aku di buat tidak karuan, tapi aku bersyukur aku mendapat suatu kehormatan disitu dan aku mendapat teman-teman yang baik disana. Tentunya mereka begitu karena mereka tauh aku mempunyai kakak perempuan yang juga telah bergabung di kepengurusan masjid beberapa waktu lalu.

Kegiatan  yang ada di takmir begitu membuat aku tenang dan tak terlalu memikirkan yang namanya galau. Dan karena kedekatan aku bersama Ta’mir Masjid Al-Muhajirin 5 membuat aku tak bisa segera meninggalkan tempat ini. Keadaan dan kebersamaan mereka begitu berarti dan sulit untuk aku menjauh dari mereka. Karena pengalaman bertambah dan aku bisa slalu tersenyum bila bersama diantara mereka. Berbagai macam acara mulai dari tak’lim harian di masjid, hingga acara tabligh akbar yang di selenggarakan di stadion PT.NIKOMAS GEMILANG. Beberapa Ustadz papan atas juga kami undang  mulai dari Ustadz Jefri Al-Bukhori atau yang biasa di sebut Uje,yang kini sudah almarhum karena sebuah kecelakaan. Sungguh teramat merasa kehilangan sosok ustadz gaul “ya nggk coy..??” begitulah sedikitnyas kata-kata gaul yang familiar di telinga kita. Bahkan aku masih ingat ketika menghadiri acara pameran buku yang di gelar di Gelora Bung Karno,Senayan-Jakarta setiap tahunnya yang dikenal dengan “Islamic Book Fair (IBF)”. Kemudian kami juga menghadirkan ustadz kondang seperti Ustadz Soleh mahmud yang sering di sapa Ustadz Solmed yang juga membintangi sebuah sinetron religi bertajuk “Pesantren Rock ‘n Roll”. Berlanjut ke Ustadz Yusuf Mansur dengan buku terbitannya yang terkenal dengan tema Sedekah yaitu “The Miracle of Giving”. Aku sangat bangga dan sangat bersyukur untuk yang kesekian kalinya karena mendapat kehormatan untuk menjadi panitia dalam setiap acara tersebut. Oke…sudah cukup pamernya.hehehhe…

Bagai berkelana ke Negri China , karena jarak antara Jawa hingga ke Serang padahal tak begitu jauh, cukup ditempuh sehari semalam dengan naik bus,namun bisa berhari-hari saat mudik karena memang mudik identik dengan macet. Jarak yang tak seberapa menjadi sebegitu jauhnya karena nyatanya aku hanya bisa pulang sekali saja dalam setahun. Hampir setiap hari aku menderita rindu pada kedua orangtuaku dan juga adik-adikku serta kakak-kakakku di kampung halaman tercinta. Hanya bisa melayangkan suara lewat telepon genggam alias Handphone.Sampai saat sedang menulis tulisan ini yang ditugaskan oleh Kak Wayang dan Kak Tohir yang di undang untuk menjadi tutor dalam pelatihan Jurnalis yang diadakan oleh Yayasan Al-Muhajirin PT.Nikomas Gemilang, aku benar-benar merindukan keluargaku. Semoga Allah selalu melindungi mereka, aamiin…

Masalah demi masalah dalam lingkungan kantor slalu menjadi penghias yang slalu ada dalam pekerjaanku. Mulai dari ketidakcocokan antar sesama rekan kerja ,yang selalu membuat aku tak habis pikir adalah mengapa mereka ingin saling menjatuhkan di hadapan bos? Bahkan aku sendiri sering menjadi korban dari mereka, menyedihkan bukan ?prinsip yang aku pegang hanya satu yaitu bekerja dengan baik dan dengan semampu sekuat tenagaku karena aku ingin membantu meringankan beban kedua orangtuaku.Dan ayahku selalu mengajarkan aku agar aku tidak menyombongkan segala yang punya baik berupa materi ataupun pangkat yang aku punya.Tapi aku terus bersabar hanya demi orangtuaku yang setidaknya telah menaruh  harapan padaku agar beban mereka tidak terlalu berat.

Empat tahun sudah aku melewati hari-hari yang penuh liku-liku. Selama itu juga aku menaruh impian yang ingin sekali aku capai. Sebenarnya aku sudah berkali-kali mengutarakan niatku pada orangtuaku , tapi mereka tak kunjung memberi ijin padaku karena posisi saat itu adikku belum ada yang lulus SMA, Dan akhirnya aku hanya mampu bersabar ,beruntung masih ada kakakku saat itu, tapi setelah dia memutuskan untuk resign dari pekerjaannya, aku benar-benar merasa selalu sendiri. Aku sering menyesali sikap burukku yang sering aku tunjukkan padanya, aku sering menangis mengingat nya. Tapi yasudahlah, namanya penyesalan memang selalu datang di akhir, karena kalau datang di awal namanya pendaftaran. Hihihi……

Di tahun kelima masalah makin memuncak atau bahasa bekennya klimaks. Aku hampir mengundurkan diri dari pekerjaanku, dan itu pertama kalinya aku mengeluh pada kedua orangtuaku. Aku menyampaikan keluahan dengan nada terisak, terdengar suara ibuku yang juga sedikit terisak. Mungkin mereka sedih jika aku harus menjadi seorang pengangguran. Aku masih tetap bertahan dengan segala motivasi yang di berikan oleh kedua orangtuaku dan juga teman-teman baikku. Meski harus menerima amukan bos China di kantorku yang bisa di bilang seperti amukan seekor Singa. Sadiss… Namun di balik semua permasalahanku Allah ternyata menyiapkan kado yang indah buatku.Akhirnya aku bisa mewujudkan keinginanku yaitu melanjutkan studi ke bangku perkuliahan, aku kini seorang mahasiswi.Alhamdulillah……..dengan seijin orangtua yang senantiasa mendo’akanku dan juga tentunya dengan ridlo Allah. Seperti kata-kata yang selalu ada disampaikan dalam ceramah-ceramah agama “Ridlo Allah bergantung pada ridlo kedua orangtua, murka Allah juga murkanya orangtua”, begitu juga dalam sebuah Hadist yang di riwayatkan oleh Bukhari “Tangisan kedua orangtua termasuk kedurhakaan yang besar.” (HR. Bukhari , Adabul Mufrod halaman.31)

Banyak sekali yang ingin aku ceritakan. Namun kiranya cukup sampai disini kisah yang bisa ku bagikan pada pembaca yang insya Allah senantiasa dalam lindungan Allah. Semoga kita di berikan kemudahan dalam setiap urusan dan sukses dalam meniti hari-hari kita. Aamiin……..


Daaahh……………

FB : Inna Injana
IG  : @innainjana
YT : Miss Nay

Cerpen : Tentangku

Cerita Pendek (short story)

ini hanya cerita ya,,,
sebenernya lebih enak kalo langsung cuap2 sama temen atau keluarga,,  tapi sekarang lagi pengen pake tulisan biar bervariasi media ceritanya,, betul,,,??hehehe


this is about my self...
aku terlahir dari  keluarga sederhana, ayah ibuku berprofesi sebagai pedagang. aku anak keempat dari tujuh  bersaudara,,,hmmm  banyakya... ben rame lah  kalo lagi  kumpul...hehe

 sejak kecil ayah ibu tak pernah membiasakan  kehidupan yang mewah pada anak-anaknya...tapi  dari situ aku  slalu belajar menghargai jerih payah orangtua dan tentunya lebih menghargai hidup...

aku sekolah  mulai dari SD, gak pake TK, setelah SD masuk Madrasah  Tsanawiyah,lanjut masuk Madrasah Aliyah, setelah lulus aku  langsung merantau ke PT.POU  CHEN INDONESIA alias PT. NIKOMAS GEMILANG,,

pengen nya lanjut ke  Universitas,tapi  apa  daya jua belum kesampean, mohon do'anya smoga bisa  nyicip  bangku kuliah,,aamiin....
hihihi

kiranya cukup  segitu perkenalannya,,
yang berkenan baca ya Alhamdulillah...

salam   senyum semangat.
SemangKA (Semangat Karena Allah)



FB : Inna Injana
IG  : @innainjana
YT : Miss Gulajawa